Monday, November 3, 2014

The Day...


“Masalah adalah selisih antara harapan dan kenyataan”

6 menit untuk 6 hari yang luar biasa. 8 Bulan telah berlalu dari sebuah hari yang sangat luar biasa. Medan, kota dengan budaya yang luar biasa menjadi saksinya. Ketika Fajar akan menampakkan dirinya, sebuah keputusan besar diambil oleh penulis. Sebuah keputusan yang berakar pada keyakinan dan kepercayaan kepada orang yang ada bersama penulis. 6 menit kalimat yang keluar dari mulut penulis saat itu dihadapan para presiden BEM FK se Indonesia berhasil meyakinkan para presBEM untuk memilih UMY (institusi penulis) menjadi tuan rumah dari sebuah acara besar ISMKI. LKMM Nasional ISMKI 2014

Masalah timbul untuk membuat kesatuan. Bukan sebuah cinderamata, bukan sebuah kabar gembira, bukan pula sebuah senyuman yang penulis bawa dari tanah Batak. Justru sebuah amanah besar yang penuh dengan masalah yang menghadang di depan. Entah apa yang ada di pikiran penulis saat itu, entah setan mana yang berhasil membuat penulis nekat mengambil keputusan itu. Namun, yang penulis tahu saat itu hanyalah, perubahan tak bisa dilakukan dengan hanya berpangku tangan, tak bisa di wujudkan hanya dengan duduk diam, tak bisa di realisasikan tanpa tindakan. Pada dasarnya semua orang maupun kesatuan didunia ini kuat. Kuat apabila mereka mengetahui kekuatan nya ada dimana. Penulis mencoba melakukan identifikasi mengenai kekuatan dari team dan keluarga penulis. Dan muncullah sebuah titik temu persimpangan garis pemikiran yang membuat penulis yakin dan percaya bahwa keputusan yang diambil di Medan saat itu adalag momentum yang tidak bisa dilewatkan.

Hari demi hari, minggu demi minggu bulan demi bulan telah penulis lalui bersama team dan keluarga penulis. Sejak pengambilan keputusan di tanah batak saat itu sampai hari ini penulis membuat tulisan ini, telah banyak yang penulis lalui bersama. Mulai dari kebahagiaan, keceriaan, semangat yang membara, anugerah yang luar biasa telah dilewati. Walaupun fakta berbicara penulis dan team lebih bersahabat dengan keluh kesah, kesedihan, kekecewaan sampai dengan air mata yang menetes  dari mata yang terus berusaha. Masalah yang dihadapi tidak hanya mencakup dalam lingkup internal melainkan eksternal

1 Minggu terakhir sebelum pelaksanaan LKMM Nasional ini begitu sangat melelahkan, stressor yang datang semakin tak kenal lelah untuk datang. Namun, melihat semangat team dan keluarga penulis yang tak kunjung padam, membuat harapan tak lagi semakin jauh dari kenyataan. Hari ini, tepat ketika penulis menulis tulisan ini, tonggak sejarah organisasi yang penulis cintai ini akan segera terukir dalam sebuah lembar sejarah perjuangan dengan pena bertinta harapan. Tak ada kata lain yang penulis bisa katakan selain “SEMANGAT” Perjuangan baru saja dimulai. Simpan keluh kesah, keluarkan segala kemampuan agar tak ada lagi selisih antara harapan dan kenyataan.

We are Team, We are Family, We are SEMAKU

“Perjuangan adalah bukan tentang apa yang kamu rasakan saat ini, tetapi apa yang akan kamu nikmati nanti”

MINGGU INSPIRASI ISMKI WILAYAH III


ISMKI, Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia. Salah satu organisasi yang saya cintai. Bukan karena apa yang ISMKI berikan kepada saya, melainkan apa yang sudah saya berikan kepada ISMKI.
Beberapa waktu yang lalu sebuah pengalaman saya dapatkan dari ISMKI. Sebuah pengalaman yang sangat luar biasa dan menginspirasi menurut saya (opini). Pengalaman itu adalah menjadi moderator dari acara untuk Pengurus Harian Wilayah 3 ISMKI (Jawa, DIY, Sebagian Kalimantan). Acara Tersebut adalah “2 jam Lebih dekat bersama sekjenter ISMKI”, Kang Poundra.
Kang Poundra adalah orang yang luar biasa menurut saya. Gagasan yang beliau berikan sangat visioner dan masuk di akal. Hal itu saya dengar sendiri ketika mengikuti proses pemilihan beliau sebagai Sekjenter ISMKI di Medan Februari lalu.
Berikut adalah notulensi yang telah dirangkum sesuai dengan pertanyaan2 yang diajukan.

NOTULENSI I MINGGU INSPIRASI ISMKI WILAYAH III
Dua Jam Lebih Dekat dengan Sekjenter ISMKI
bersama Kang Poundra Adhisatya P
Selasa, 22 Juli 2014

MODERATOR     : RIJAL MAULANA HAQIM
NOTULEN            : YUMEINA GAGARANI
PESERTA              : KABINET CAHAYA ISMKI WILAYAH III

  1. Pandangan Bang Poundra tentang fungsi mahasiswa dan peran ISMKI dalam menunjang fungsi tersebut,
Jawab :
Mahasiswa punya 2 peran penting, Peran Saat Ini dan Peran Masa Depan. Kita bertanggung jawab berproses sebaik mungkin di Pendidikan, utk menjadi dokter yang baik nantinya. Utk menjadi dokter yg baik, banyak aspek yg terlibat didalamnya, seperti Sistem Pendidikan Kedokteran yg hingga saat ini masih amburadul padahal AEC 2015 sudah di depan mata, Vision 2020 yg masih jauh mencapai target, MDGs tahun depan, serta AFTA. AFTA mendorong mahasiswa utk berwawasan global, dan punya akses ke wahana atau jurnal Internasional.

" Setiap Hal yang kita lakukan harus memliki landasan dan visi positif yang yg riil utk mahasiswa kedokteran di masa depan"

" Kita harus CERDAS MEMBACA (PEKA) dimana kita saat ini"

Berikut ini adalah  gambaran pergerakan mahasiswa di Luar negeri,
  • Chili , demonstrasi disana masih kental, tapi hal ini memang sesuai dengan kondisi masyarakatnya
  • Eropa, fx sosial mahasiswa sudah bergeser.
  • Gerakan sosial mahasiswa masih terkonsentrasi, contoh GA IFMSA bisa secara langsung senggol WHO dan Perusahaan Farmasi terbesar didunia.

  1. ISMKI milik siapa? Kalau milik semua mahasiswa kedokteran, kenapa hanya segelintir orang yang dapat merasakan kehadirannya, dan masih banyak mahasiswa yang belum tahu mengenai ISMKI?
Jawab :

"ISMKI punya seluruh mahasiswa kedokteran di Indonesia, kita sedang MENGUSAHAKAN nih, biar MANFAATNYA GEDHE. Maaf kalau belum maksimal, bantuin yuk.. "

FOR YOUR INFORMATION ~
ISMKI ==> berdiri dari diskusi warung kopi Affandi cs  ==> Mimpinya adl "Menjadi Wadah Aspirasi teman teman Mahasiswa Kedokteran” . MEMANG TIDAK SEMUA MAHASISWA KEDOKTERAN IKUT DALAM PROSES INI, tapi proses ini kepentingan utamanya adalah  untuk memperjuangkan mahasiswa kedokteran.

Seperti halnya PANCASILA, yang dilahirkan dari pidato Ir. Soekarno pada tgl 1 Juni 1945. Yang kemudian DISEMPURNAKAN oleh segelintir orang dan disahkan pada tgl 22 Juni 2014. Apakah Pancasila milik mereka? ENGGAK dong, tapi tetap jadi acuan kita semua kan hingga saat ini.

Aspek Keterlibatan dan Pengetahuan  => PR utk seluruh pengurus dan anggota ISMKI, walaupun belum tercapai, TAK AKAN LUNTURKAN CITA CITA SAKRALnya
" Bermanfaat dan menjadi Wadah bagi Seluruh Mahasiswa Kedokteran Indonesia"

" SUDAH SELAYAKNYA KITA SEBAGAI MAHASISWA ISMKI MEMBANTU MEMAKSIMALKAN KEBERMANFAATAN ISMKI"
by Rijal Maulana Haqim

  1. Kelemahan ISMKI secara general menurut Bang Poundra
Jawab :
BUKAN KELEMAHAN tapi lebih ke KENDALA, diantaranya

  1. Geografi ,
Indonesia terdiri dari beribu ribu pulau, wajar bila dibutuhkan waktu lama utk menyelesaikannya. Dibutuhkan keTELATENan, keSABARan, keKOKOHan dan IKHTIAR sebaik baiknya.
  1. Disparitas budaya,
kita tahu bahwa wilayah II dan IV merupakan wilayah yang berbeda. BEDA WARNA, WATAK begitu pula PENDEKATANNYA. Maka dari itu, dibutuhkan PEMIMPIN YG COCOK di semuanya perbedaan tersebut, yakni pemimpin yg moderat, yg bisa menyambungkan masa kini dengan masa depannya sesuai kadarnya.
  1. Komunikasi,
Berlaku untuk semua organisasi, harus selalu dijaga dan dikembang terus.

  1. Menurut kang Poundra, mengenai Kontinuitas kerja ISMKI dari generasi ke generasi.
Jawab :
Kontinuitas kerja saat ini memang belum tercover dengan baik atau terkesan terputus oleh karena tidak adanya komunikasi lanjutan dan system handover yang baik, ditambah dengan GBHO yang tidak dibuat lagi sejak 2007-2012.
Kang Poundra dan tim sedang menyusun system handover yang bisa dipertanggungjawabkan nantinya. Serta akan bekerjasama dengan Bang Rais untuk membuat GBHO tahun 2015-2020. Semoga dapat terlaksana dengan baik.

  1. Apa yang akan dilakukan Kang Poundra pertama kali setelah dilantik menjadi Sekjen tahun depan?
Jawab  :
Literally, melatik PHN.
Secara substansi, ada beberapa hal yang akan dilakukan
a.      Menjalin silaturahim ke sebanyak mungkin pengurus / anggota ISMKI
b.      Menjadikan ISMKI lebih terbuka baik keluar maupun kedalam,
1.        Menjadi organisasi yang reliable, accessible, dan terbuka dalam menjadi kerjasama strategis dan bermanfaat dengan pihak pihak di luar ISMKI, termasuk CIMSA.
2.        Menjadikan ISMKI organisasi dengan citra yang ramah, fun dan inspiratif bagi seluruh mahasiswa kedokteran
c.       Ketahanan Finansial ISMKI
d.      Isu tahun depan mengenai pendidikan kedokteran yang berkaitan juga dengan AFTA, SJSN/BPJS, Vision 2020, NCD dan Rokok-Tembakau.

  1. ISMKI terbagi menjadi beberapa wilayah, dimana tiap wilayah tersebut focus terhadap pemasalahan masing masing wilayahnya, selain itu jadi tidak tahu mengenai kondisi di wilayah lainnya. Mengedepankan kepentingan wilayah, tapi silaturahmi terhambat secara nasional. Pandangan Kang Poundra mengenai hal ini
Jawab :
Kepentingan Wilayah bukan untuk dihapuskan, justru ini menjadi persaingan yang sehat. Itulah pentingnya pemimpin.

Kata Pak Habibie “ Pemimpin itu ibarat Air”. Kalau dia kotor, alirannya pun kotor, yang minum juga manut kotor. Diare deh. Kalau dia bersih, dan bercahaya, maka pendar cahayanya pun akan membuat sekitarnya berseri seri.

“ Pemimpin itu Panutan. Kalau kita mencontohkan yang baik, lambat laun semua orang disekitar kita juga akan mencontoh hal yang sama “

Yang paling penting adalah DIRI KITA SENDIRI.
Karena kita masih mahasiswa, lakukan yang sederhana dulu saja INTEGRITAS

“ Kepemimpinan haruslah terbuka dan berwibawa, rakyat juga harus jadi mata air yang bersih untuk menghidupi masyarakat disekitarnya. “

SARAN  => PHW lah yang jadi DUTA PERSATUAN ISMKI di masing masing wilayah, cerminkan hal itu pada diri kawan2 semuanya :3

  1. PROPOSAL HIDUP KANG POUNDRA ADHISATYA PRATAMA
1.      LULUS => INTERNSHIP => PTT => MSc Public Health of Eye Care di London School of Hygiene and Tropical Medicine => Spesialis Mata di Indonesia => PhD sambil ambil Konsultan Cataract and Lens => “Ingin Berantas Kebutaan di Jawa Barat sampai serendah rendahnya dan menjadi pengajar yang baik”
2.      LULUS => INTERNSHIP => PTT 3-4 TAHUN => HEALTH ECONOMICS DI LONDON SCHOOL OF ECONOMIC/ Syukur syukur di John Hopkins/ sujud syukur di Harvard. => Dosen, Peneliti dan Aktivis => Kementerian.
3.      Spesialis Bedah Orthopedi dan membangun Rumah Sakit Islam Terbesar di Indonesia.
Tambahan : Target Nikah Tahun Depan , ketika menjadi Sekjen.

  1. Kegalauan ketika mendaftar CaSekjenter
Jawab :
Sangat Ragu,
Memantapkan diri dengan Istikharah, Konsultasi dengan orang tua, sahabat dsb. Hingga tak ada alasan lagi untuk tidak maju. Modal Nekat, yang penting berangkat dulu.
MOTIVASI UTAMA
“Saya selalu beranggapan bahwa Nikmat yang diberikan oleh Allah kepada saya LUAR BIASA BANYAKNYA, sehingga saya jadi merasa harus MEMBERI LEBIH BANYAK”

“Engkau disebut pemimpin karena engkau menukarkan hakmu untuk merasa nyaman bagi kenyamanan orang banyak, engkau menomorakhirkan tidurmu bagi kedamaian tidur mereka, dan engkau menunda istirahatmu agar yang paling kecil dari saudaramu itu – termudahkan upayanya untuk membangun kehidupan yang layak”

“Agama saya mengajarkan bahwa perbaikan individu lebih utama disbanding perbaikan system, walaupun kita berorganisasi, yuk kita belajar untuk banyak berkaca dan memperbaiki diri sendiri sambil berkontribusi. Ali ra mengatakan Pimpinan itu cerminan dari rakyatnya.”

Sufyan Ats Tsaury dulu pernah ditanya, manakah yang lebih utama ; Beramal atau Belajar? Dia menjawab : Jangan sampai engkau belajar sampai lupa beramal dan jangan pula engkau terus beramal sampai lupa belajar.
Jadi mahasiswa harus seimbang. Belajar OKE, Beramal OKE. Zero tolerance utk kebodohan dan ketidakpedulian.

GALAU AMANAH
Senantiasa galau, apakah kita sudah melaksanakannya dengan sebaik baiknya?
Sudahkah menyertakan-Nya di setiap prosesnya?
Sudahkah menyiapkan penerus-penerus yang akan jauh lebih baik dari hari ini?
Dan sudahkah kita siap atas pertanggungjawaban di hadapanNya kelak?

=THE END=

Pondasi atau Eksistensi


Pondasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai makna dasar. Eksistensi berasal dari kata dasar eksis yang juga dalam Kamus Bahasa Besar Bahasa Indonesia mempunyai makna  hal berada; keberadaan
Kedua hal ini (pondasi dan eksistensi) sering membuat kita bingung mana yang kita dahulukan. Utamanya dalam penerapannya membangun sebuah organisasi ataupun perkumpulan. Kadang kita mementingkan ponndasi dengan alasan, pondasi ibarat sebuah akar yang akan menopang organisasi tersebut. Memang tidak salah. Pondasi ibarat kata adalah tiang tiang yang akan menopang sebuah rumah agar tidak roboh. Tanpa tiang – tiang tersebut sebuah rumah pasti akan roboh entah itu dalam waktu yang singat, atau secara perlahan – lahan tapi pasti. Perwujudan dari sebuah pondasi di organisasi adalah ketika kita membangun sebuah persamaan persepsi di antara semua elemen organisasi. Tujuannya adalah untuk menyelaraskan pergerakan. Dengan demikian, walaupun berbeda secara teknis, masing – masing elemen organisasi tersebut akan bergerak dengan harmonis dan tidak akan terjadi sebuah masalah nantinya ketika terjadi perbedaan. Bahkan apabila pondasi yang telah di bangun di sebuah organisasi sudah kuat, bukan tidak mungkin lagi akan tidak ditemui adanya perbedaan.
Bagaimana bentuk nyata sebuah pondasi? Salah satu contoh perwujudan nyata dari membangun sebuah pondasi adalah dengan menyusun kelengkapan organisasi yang mendasar. Seperti Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Garis Besar Haluan Organisasi dan juga Standart Operating Procedure dari masing – masing pergerakan. Dengan tersusunnya kelengkapan dasar tersebut diiringi dengan persamaan persepsi dalam menyikapi kelengkapan tersebut, pondasi yang nyata telah terbentuk. Pergerakan yang dilakukan akan harmonis dan selaras
Membentuk sebuah pondasi yang kuat juga dapat dilakukan dengan menciptakan rasa nyaman antar elemen organisasi. Utamanya antara pemimpin dan anggotanya. Perwujudan nyata yang dapat dilakukan untuk membentuk kenyamanan tersebut adalah dengan memasukkan agenda rutin sebuah project team building yang dapat dikemas dengan packaging yang menariki. Seperti outbond, bermain ke pantai ataupun menghabiskan waktu bersama tanpa membicarakan urusan pekerjaan atau organisasi sekalipun. Dengan terwujudnya rasa nyaman antar anggota dan pemimpin, pergerakan yang dilakukan akan selaras pula. Instruksi yang diberikan pemimpin akan dilaksanakan dengan baik. Masukan yang diberikan oleh anggota kepada pemimpin juga akan diterima dengan baik untuk dikaji.
Namun biasanya organisasi yang berpedoman seperti ini akan jarang di lihat bahkan jarang diperdulihkan. Atau yang lebih parah malah justru di remehkan. Karena orang – orang yang meremehkan tersebut tidak mengetahui dimana letak kekuatan dari organisasi yang berpondasi kuat itu. Kunci nya adalah sebuah eksistensi yang perlu di wujudkan.
Kekuatan juga membutuhkan pengakuan. Lalu, bagaimana dengan eksistensi? Bukan kah eksistensi lebih penting dari pondasi. Tak jarang pula yang berpendapat seperti demikian. Mereka beranggapan bahwa pengakuan dari pihak luar lebih penting. Mengapa? Karena dengan pengakuan yang luar dari eksternal, akan melambungkan nama sebuah organisasi dan secara otomatis akan menimbulkan “kesan” kuat dari organisasi tersebut. Dengan eksistensi yang tinggi juga dapat memberikan berbagai keuntungan. Layakya mempermudah dalam hl finansial. Tidak menjadi sebuah rahasia umum lagi apabila organisasi – organisasi besar tidak pernah kesulitan dalam mencari sponsor. Bahkan tidak jarang pula justru pihak sponsor yang mencari organisasi tersebut.
-To be continued-

Monday, August 4, 2014

APA YANG AKAN ANDA LAKUKAN

Keberhasilan tidak hanya dilihat dari pencapaian, melainkan juga penerus nya

Sebuah pengalaman yang akan selalu di ingat. Sebuah pertanyaan yang sederhana namun menjadi dasar kerangka berfikir pernah saya terima ketika sedang menjalani debat Calon ketua HMJ di kampus saya. Saat itu, debat berlangsung cukup seru dengan pertanyaan – pertanyaan yang datang dari mantan ketua sebelum nya. Pertanyaan yang dilontarkan pun sangat menantang yang menuntut kita untuk berfikir cepat dan juga menyampaikan dengan cara yang mudah di mengerti oleh audiens. Mulai dari mengkritisi visi dan misi hingga menguji pengetahuan tentang dasar organisasi.

Hingga sampai pada sebuah pertanyaan yang menurut saya unik dan membingungkan saat itu untuk dijawab

“Apa yang akan anda lakukan ketika anda terpilih menjadi sebuah ketua Organisasi namun ternyata hanya sehari?”

Entah saat itu karena gugup juga mendapat giliran pertama menjawab pertanya itu, saya cukup kalang kabut menjawab nya. Saya malah menjawab segera membentuk kabinet dan menjalankan sebuah proker yang hanya sehari dan seterusnya. Hanya jawaban superficial yang berbau teknis. Sungguh bukan jawaban terbaik yang pernah saya lontarkan dalam sebuah forum.

Belakangan saya menyadari bahwa pertanyaan itu merupakan pertanyaan fundamental untuk kerangka berfikir kita dalam organisasi. Mengapa? Karena, harusnya ketika kita hanya diberikan waktu sehari menjadi ketua harusnya kita menghabiskan aktu sehari itu untuk kaderisasi. Mengkader pemimpin yang baru. Sudah bukan saatnya untuk memikirkan diri sendiri untuk mengukir sejarah pencapaiaan pada masanya. Melainkan hal yang lebih penting adalah keberlangsungan kehidupan organisasi yang akan kita tinggal.

Bayangkan sehebat apapun pencapaian kita, menjadi organisasi terbaik ataupun mendapat penghargaan dari presiden pun, semua itu hanya PERCUMA apabila ketika kita tinggalkan, organisasi tersebut hancur.

Wednesday, July 16, 2014

MOS IDENTIK DENGAN “PERPELONCOAN”


Masa Orientasi Siswa atau biasa kita kenal dengan MOS, adalah masa dimana para siswa baru, baik dari tingkat Dasar menuju ke SMP atau pun SMP menuju SMA mengenali keadaan sekolah nya yang baru untuk pertama kali. Mengenali di sini tidak hanya diartikan secara harfiah mengenali ruangan – ruangan atau pun denah lokasi sekolahan, melainkan mengenali semua yang ada di sekolah baru nya secara menyeluruh.

MOS biasa dilaksanakan pada 3 hari pertama masuk sekolah. Dan materi – materi yang di sampaikan saat MOS pun relative sama setiap tahun seperti pengenalan stakeholder, pengenalan visi dan misi sekolah, target pencapaian sekolah dan juga yang berbeda setiap tahun, tergantung issue yang sedang di angkat oleh dinas pendidikan saat itu. Contoh ketika saya MOS SMA dahulu, issue yang di angkat adalah tentang pendidikan karakter yang akan di gencarkan di sekolah melalui kegiatan – kegiatan dan program sekolah.

Beberapa hari yang lalu sebelum saya menulis artikel ini, saya melihat anak – anak SMP baru saja pulang sekolah. Penampilan mereka menarik perhatian saya. Siswa SMP itu, ada yang memakai pita di lengan kanan dan kiri nya, ada yang mengikat rambutnya menggunakan pita warna – warni, ada yang memakai kalung yang terbuat dari tali dengan hiasan permen. Hal itu mengingatkan saya ketika sedang menjalani MOS SMA dahulu.

MOS SMA saya dahulu kurang lebih sepeti itu. Saya masih ingat betul barang – barang yang harus di bawa. Kami harus membuat topi yang terbuat dari “besek” yang di cat berwarna kuning untuk laki – laki, dan hijau untuk perempuan. Di pinggir besek tersebut harus di beri hiasan tali rafia yang di untai tipis – tipis layaknya sebuah rambut. Rafia yang digunakan pun rafia dengan warna yang sulit ditemukan. Nametag yang kami buat harus berbentuk segi lima dengan nama yang besar digantung dengan tali rafia. Itu adalah MOS terakhir di SMA kami yang menggunakan atribute seperti itu. Tahun setelah itu, MOS di SMA kami melarang atribut – atribut yang berbau “perpeloncoan”.

Perpeloncoan. Sebenarnya apa yang dimaksud dengan perpeloncoan? Perpeloncoan adalah aktivitas yang melibatkan pelecehan, penyiksaan atau penghinaan saat proses penyambutan seseorang ke dalam suatu kelompok. Namun standar yang jelas untuk mengatakan atribut itu semua sebagai salah satu wujud perpeloncoan masih terlihat abstrak dan subjektif. Saya sebagai objek kejadian saat itu sebenar nya merasa baik – baik saja dan tidak merasa dilecehkan sebagai seorang siswa. Justru menjadi sebuah kenangan tersendiri masa – masa MOS saat itu bersama teman – teman seangkatan membuat perlengkapan MOS.

Saya pribadi juga sangat menentang perpeloncoan kepada siswa ataupun mahasiswa. Setiap orang memiliki mental yang berbeda – beda. Ada yang di perlakukan seperti apapun dia tetap survive. Ada yang baru dibentak sudah harus ke psikiater. Oleh karena keadaan objek yang berbeda – beda tersebut perlu adanya standarisasi kegiatan orientasi yang dapat diterapkan pada semua objek. Tidak hanya kepada yang “kuat” maupun “lemah”

Semoga setelah ini masa – masa orientasi di berbagai sekolah maupun universitas semakin membaik.

“Hidup adalah serangkaian pengalaman,  Setiap pengalaman membuat kita lebih besar, walau pun kita tidak menyadarinya.”

Tuesday, July 15, 2014

TRI DHARMA PERGURUAN TINGGI, DASAR YANG SERING TERLUPAKAN


Perguruan tinggi adalah jenjang terakhir dalam proses pendidikan formal yang ada di Indonesia. Dimana dalam proses pembelajaran ini, mahasiswa dituntut untuk lebih siap akan apa yang nanti nya menjadi pilihan hidupnya dalam hal pekerjaan dan interaksi sosial. Proses transisi yang terjadi antara masa Sekolah Menengah Atas menuju Perguruan tinggi sangatlah ”kentara”. Ketika semasa SMA siswa hanya dituntut untuk belajar sesuai dengan sistem yang ada dan menerima apa adanya yang di ajarkan kepada nya. Pola berfikir yang dituntut pun masih sederhana.

Berbedaa dengan kehidupan perguruan tinggi. Mahasiswa tidak lagi diperbolehkan hanya berfikir sebatas “apa?”. Melainkan mahasiswa harus mampu untuk memunculkan pemikiraan “mengapa?” dengan pola pikir seperti itu, diharapkan mahasiswa dapat melihat segala sesuatu hal lebih holistik dan menyeluruh. Perbedaan subjek pun cukup dampat memberikan dampak akan kesadaran individu yang diharapkan. Tidak lagi dengan sebutan siswa. Melainkan mendapat penambahan kata “maha-”. Maha dapat diartikan dengan “lebih besar”. Diharapkan dengan penambahan suku kata tersebut para siswa SMA yang masuk perguruan tinggi juga bisa berperilaku lebih dari seorang siswa.

Dalam pedoman berperilaku dan bergerak seorang mahasiswa, ada sebuah dasar yang selama ini sering terlupa. Dasar yang digunakan oleh seorang mahasiswa di seluruh indonesia secara benar. Dasar yang akan mendukung tujuan bangsa Indonesia yang telah tergores dalam pembukaan Undang Undang Dasar 1945. Yaitu “mencerdaskan Kehidupan Bangsa”. Dasar tersebut adalah “Tri Dharma Perguruan Tinggi”. Adapun Tri Dharma peguruan tinggi tersebut adalah Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian.
      
      1. Pendidikan
Sebagai seorang mahasiswa, Kewajiban utama adalah Belajar. Belajar secara komprehensif ilmu – ilmu sesuai dengan jurusan yang dipilihnya. Mahasiswa – mahasiswa inilah yang nanti nya akan menjadi generasi penerus bangsa. Wawasan yang luas sangat dibutuhkan untuk membangun negeri ini. Mahasiswa dan pendidikan adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Diharapkan nanti nya dalam memutuskan sesuatu hal para mahasiswa ini dapat dengan rasional tidak asal dengan adu otot semata.

2. Penelitian
Penelitian menjadi element pendukung yang penting dalam proses pendidikan dari seorang mahasiswa. Dengan melakukan atau menerapkan tri dharma perguruan tinggi yang kedua ini diharapkan mahasiswa dapat berfikir kritis dan berhati – hati dalam mengeluarkan pendapat ataupun menerima pendapat. Semua hal itu harus berdasarkan oleh data. Tidak semata – mata hanya sebuah opini tanpa bukti.

3. Pengabdian
Tri Dharma perguruan tinggi yang terakhir ini adalah yang penting dalam pedoman mahasiswa melakukan pergerakan. Karena harapannya, sebagai seorang mahasiswa, apa yang dilakukan tidak hanya berorientasi kepada kepentingan pribadi lagi. Melainkan pada kepentingan umum maupun kelompok. Hal ini terwujud dalam program – program yang ada di kampus seperti KKN, maupun Program kerja para aktivis yang ingin memberdayakan sebuah desa

Dewasa ini, fenomena para mahasiswa, sering melupakan dasar pergerakan ini. Sehingga pergerakan mahasiswa sekarang ini terkesan tanpa arah. Hanya ikut – ikutan semata tanpa mempunyai dasar yang jelas. Sebuah ironi, bahkan masih banyak mahasiswa yang tidak hafal bahkan tidak mengetahui apa itu tri dharma perguruan tinggi.

Monday, July 14, 2014

FIVE STARS DOCTOR


Penampilan seseorang tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur untuk mentukan dan menilai  kemampuannya

Mahasiswa kedokteran Indonesia. Insan muda generasi bangsa, yang nanti nya akan menjadi tiang – tiang pondasi bangsa di masa yang akan datang. Tiang – tiang yang akan menjadi bagian dari sebuah sistem penting dalam kehidupan, yaitu sistem kesehatan. Sebagai seorang mahasiswa kedokteran tidak hanya menjadi sebuah wacana lagi untuk berusaha sekuat tenaga untuk belajar dan terus belajar. Belajar dalam hal apa? Tidak hanya belajar dengan literatur yang sudah tersistem dalam proses pendidikan, namun belajar mencari pengalaman untuk menjadi bekal refleksi diri di masa yang akan datang ketika sudah terjun langsung dalam masyarakat.

inspirasi ditambah dengan sebuah pengalaman maka pasti akan terciptanya Konsep yang matang.

Dalam proses pendidikan, semua mahasiswa kedokteran akan mempelajari seluruh tubuh manusia secara holistik. Mulai dari fisiologis sampai dengan patologis-nya. Mereka akan belajar tentang penyakit – enyakit yang ada, dari etiologi, symptom sampai langkah curative nya. Semua hal itu dapat dipelajari dan dihafalkan. Namun ada suatu hal yang kadang akan jarang kita dapatkan dalam proses pendidikan S.Ked. Yaitu pengalaman.

Pengalaman sangat penting dimiliki oleh seorang mahasiswa kedokteran sebelum mereka akan terjun langsung ke masyarakat. Mengapa demikian. Suatu ketika saya pernah melihat 2 orang dokter yang baru saja lulus UKDI dan berhasil mendapatkan gelar dokternya berjalan bersama. Penampilan mereka sangat berbeda. Yang satu sangat modis dengan setelan yang luar biasa elegan. Sedangkan yang satu nya berpenampilan cukup sederhana namun rapi. Pada prakteknya, ternyata dokter yang berpenampilan rapi lebih banyak mendapatkan pasien daripada dokter yang berpenampilan luar biasa elegan. Mengapa demikian? Apakah pengaruh pakaian sangat berpengaruh? Tentu tidak. Ternyata yang membedakan dari kedua nya adalah pengalaman

Dokter yang berpenampilan elegan dan rapi ternyata semasa pendidikannya hanya menjadi mahasiswa yang terlalu mengikuti sistem tanpa di iringi dengan usahanya mencari pengalaman dalam hal yang berkaitan dengan pekerjaan nya kelak maupun yang tidak berkaitan. Sedangkan dokter yang berpenampilan cukup sederhana semasa menjadi mahasiswa aktif mencari pengalaman – pengalaman yang nantinya akan berguna di masa yang akan datang. Pengalaman – pengalaman tersebut nanti nya akan membuat kita menjad tau, dokter yang ideal itu adalah dokter yang seperti apa? Apakah yang hanya mengobati penyakit ? atau yang dapat melihat keseluruhan pasien secara holistik.

Berikut ada beberapa kriteria untuk menjadi dokter yang ideal yang kemudian kita sering menyebutnya 5 stars doctor.

1. Care Provider
Sebagai seorang dokter , nantinya kita akan menghadapi pasien dengan berbagai macam keluhan. Yang kadang – kadang keluhannya ini akan menyentuk berbagai aspek kehidupan dari yang umum sampai benar – benar pribadi. Dari sini, kita tidak boleh mengobati setengah – setengah. Melainkan harus menyeluruh. Jangan obati penyakitnya, tapi penyebabnya.

2    2. Decisiion maker
Keputusan yang tepat akan menjadi hal yang akan terus kita hadapi sebagai seorang dokter nantinya. Ketika pasien datang dengan keluhan yang membutuhkan penangan segera dan cepat, keputusan yang akan kita ambil nantinya akan sangat berpengaruh dalam kelangsungan hidup pasien. Akan sangat berbahaya apabila keputusan penanganan yang kita berikan salah.

3. Communicator
Menjadi seorang dokter, mau tidak mau kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain harus terasah. Hal ini nanti nya akan sangat berguna ketika kita sedang melakukan anamnesi dalam rangka mencari penyebab dari penyakit pasien. Tak jarang, kemampuan interaksi sosial yang baik diperlukan pada saat menangani pasien dengan keluhan penyakit yang akan bersangkutan dengan kehidupan pribadi pasien. Seperti Penyakit menular seksual. Apabila teknik anamnesis kita kurang baik akan terjadi salah faham bahkan akan membuat pasien depresi. Hal ini tidak hanya membahayakan pasien itu sendiri. Melainkan juga orang – orang yang ada di sekitarnya.
Nantinya kita juga akan memberikan edukasi kepada pasien dengan keluhan – keluhan yang memburuhkan perhatian dalam waktu yang tidak singkat. Apa yang kita katakan sebagai dokter nanti nya, tentu akan diikuti oleh pasien. Maka dari itu penyampaian yang baik sangat diperlukan disini.

4. Community Leader
Kehormatan profesi dokter saat ini masih sangat tinggi di mata masyarakat. Utamanya di Indonesia. Hal ini akan menjadikan kita sebagai seorang dokter nanti nya akan menjadi orang yang diandalkan tidak hanya dalam bidang kesehatan. Dengan posisi yang strategis ini harusnya dapat membuat kita untuk berusaha membawa masyarakat dalam sebuah komunitas menuju ke arah yang lebih baik.

5. Manajer
Dalam proses penanganan pasien, kita tidak hanya dituntut untuk menyembuhkan, melainkan juga mengatur segala sesuatu yang berhubungan dengan penanganan pasien. Disinilah di butuhkan kemampuan manajerial yang baik dari seorang dokter.

Dari kelima aspek 5 stars doctor tadi, akan sangat sulit untuk kita raih apabila kita tidak pernah mengalami situasi dengan konsep yang sama namun dalam skala yang lebih kecil. Yang dimaksudkan di sini adalah dengan sering terjun ke masyarakat maupun tampil di hadapan komunitaas, kita akan mendapatkan kemampuan di atas secara menyeluruh dan nyata. Hal ini akan sangat berguna nantinya saat gelar dokter sudah ada di tangan. Tinggal anda mau memilih, mau menjadi dokter seperti apa? Dokter yang hebat dengan teori namun minim pengalaman? Atau dokter yang teori pas pas an namun pengalaman luar biasa? Atau bahkan kedua – dua nya?

Jangan pernah menggeluti dunia yang kita tidak kuasai sama sekali, kecuali jika memiliki niat dan kemauan teguh untuk berusaha meraihnya.

PEMIMPIN LUAR BIASA, DILAHIRKAN ATAU DICIPTAKAN?


Pemimpin tidak menciptakan pengikut, mereka menciptakan lebih banyak pemimpin”

Pemimpin yang luar biasa. Banyak indikator untuk mengatakan seorang pemimpin berhasil dalam masa kepemimpinannya. Mulai dari Pencapaian nyata, kestabilan internal, eksistensi yang terwujud sampai pengakuan dari eksternal. Namun terlepas dari itu semua, pertanyaan yang cukup mengusik di benak saya adalah “apakah pemimpin tersebut dilahirkan atau di ciptakan?”

Pertanyaan itu mulai muncul di benak saya semenjak saya melihat sebuah dinamika kepengurusan organisasi di berbagai tempat. Banyak di antara organisasi tersebut yang memiliki semacam “kutukan”. Termasuk organisasi saya. Kutukan tersebut adalah kutukan tahun genap dan tahun ganjil. Tahun genap akan dipenuhi dengan SDM luar biasa yang orang awam menyebutnya sebagai bakat dalam memimpin. Sedangkan tahun ganjil akan lebih menurun dengan jumlah kuantitas pemilik bakat kepemimpinan. Bahkan Kualitas nya pun kadang berbeda. Atau bisa saja sebaliknya dengan tahun ganjil yang akan lebih luar biasa dari tahun genap.

Fenomena ini sangat mengganggu benak saya. Terutama ketika saya sedang memimpin. Sebagai seorang pemimpin ketika anda melihat masalah ini, hal pertama yang harus anda tanyakan adalah “Mengapa?”. Mengapa bisa muncul fenomena ini. Bukankah selama ini sudah ada sebuah sistem kaderisasi. Harusnya dengan sistem kaderisasi yang baik dan benar, fenomena ini tidak akan terjadi. Hanya ada 2 kemungkinan etiologi dari masalah ini. Yaitu ”sistem kaderisasi yang masih belum optimal” atau memang benar ada nya bahwa “Pemimpin yang luar biasa memang dilahirkan, tidak diciptakan”

Sistem Kaderisasi yang masih belum optimal. Suatu organisasi atau kepengurusan, dikatakan berhasil tidak hanya dari pencapaian yang mereka capai saat menjabat, melainkan juga apa yang adik – adik mereka capai di kepengurusan selanjutnya. Mengapa tidak? Merupakan sebuah ironi apabila kejayaan yang didapat sebuah organisasi hanya ada di satu kepengurusan saja. Sedangkan di kepengurusan selanjutnya organisasi tersebut mengalami keterpurukan. Apalah gunanya kejayaan yang bersifat sementara. Memang benar adanya pepatah yang mengatakan bahwa “mempertahankan lebih sulit darapada mendapatkan”. Sistem kaderisasi yang belum optimal memang bisa saja di sebabkan oleh berbagai macam faktor. Seperti tidak jelas nya target kompetensi yang ada hingga tidak terstandarisasi nya para kader – kader. Walaupun sistem kaderisasi setiap tempat itu tidak bisa di samaratakan dan juga sejajarkan, namun setidaknya ada beberapa kompetensi dasar yang harusnya ada di setiap proses kaderisasi semua organisasi. Seperti kemampuan time management, negosiasi, analisis SWOT, manajemen konflik dll. Semua orang tau, semua pemimpin tau akan hal itu, namun yang menjadi kelemahan adalah kadang hal itu semua tidak tertuliskan secara nyata dalam sebuah kurikulum kaderisasi yang jelas. Hal ini saya sadari di awal kepengurusan dari organisasi yang saya pimpin, hingga mendorong saya untuk membuat secara nyata kurikulum kaderisasi organisasi yang saya pimpin saat itu. Berikut adalah kurikulum yang saya buat klikdisini . Semoga dapat membantu. 

Pemimpin yang luar biasa memang dilahirkan, tidak diciptakan. Kemungkinan etiologi yang kedua ini adalah yang sangat mengusik pemikiran saya. Bagaimana tidak, apabila memang teori tersebut benar, maka kualitas SDM yang ada akan menjadi terkotak – kotak dan akan sulit untuk menyamakan visi antara pemimpin dengan yang dipimpin. Pemimpin yang luar biasa tak selalu ada di posisi yang paling atas. Dia juga akan ada di belakang menjadi orang yang mau dipimpin oleh orang lain. Apabila perpaduan SDM ini antara pemimpin dengan yang dipimpin memiliki sifat kepemimpinan yang luar biasa, akan menjadi sebuah team yang luar biasa pula. Team yang akan sama – sama mengerti apa yang harus saya lakukan, apa yang harus dia lakukan.

Lalu bagaimana bisa mewujudkan team yang luar biasa seperti itu apabila pemimpin yang luar biasa tidak bisa kita ciptakan. Akan menjadi sebuah hal yang percuma juga upaya kaderisasi yang ada. Pengalaman berorganisasi yang saya lihat, ada perbedaan kepengurusan di masing – masing organisasi yang berkaitan dengan usia ataupun angkatan. Di berbagai universitas, ada yang menjabat sebagai seorang pengurus di tahun ketiga, namun ada pula yang ditahun kedua (termasuk organisasi kampus saya). Menurut saya pribadi, akan lebih ideal untuk memimpin sebuah organisasi utamanya organisasi kemahasiswaan, pada saat kita berada pada tingkat ketiga. Mengapa? Karena pada saat kita menginjak tingkat ketiga, saat itu kita akan benar – benar cukup matang untuk menjadi seorang pemimpin. Sifat kepemimpinan kita akan tercipta dengan refleksi pengalaman yang kita hadapi pada saat tingkat kedua sebagai pelaku. Juga pada saat tingkat pertama yang menurut saya hanya sebagai observer. Pada saat kia berada pada tingkat pertama, menurut saya saat itu sifat kepemimpinan kita belum benar – benar tercipta secara nyata. Karena pada saat itu kita masih menjadi observer. Kita masih menjadi seorang yang “baru” yang masih meraba – raba mana yang cocok mana yang tidak. Akan sangat berbahaya apabila dengan pengalaman itu saja kita sudah harus memegang sistem pada tahun kedua.

Bagaimana dengan organisasi saya sendiri yang menganut sistem bahwa tingkat kedua yang harus sudah memegang sistem? Ini lah yang menjadi kekhawatiran saya. Apabila sistem ini terus berlanjut, secara tidak langsung kita akan menganut faham bahwa “pemimpin yang luar biasa, dilahirkan tidak diciptakan”. Bukti yang nyata adalah paradigma adanya kutukan tahun genap dan tahun ganjil. Seperti sebuah perjudian menunggu setiap tahun akankah ada orang yang dilahirkan sebagai pemimpin luar biasa yang akan masuk di organisasi saya.

Namun, tahun ini saya optimis kutukan itu akan menghilang pada organisasi saya, karena dengan bantuan kurikulum kaderisasi sebagai salah satu upaya nya, saya yakin adik – adik saya di organisasi saya akan menjadi lebih luar biasa dari kepengurusan saya. Akan lebih sukses. Dan akan menghilangkan kutukan itu. Saya bersama dengan teman – teman kepengurusan saya berusaha se optimal mungkin untuk menciptakan pemimpin – pemimpin yang luar biasa pula di kepengurusan selanjutnya.

“Leaders don’t create followers, they create more leaders”

Sunday, July 13, 2014

KEPEMIMPINAN. LEBIH DARI SEKEDAR TEKNIK, MELAINKAN SEBUAH SENI


Mencari bukti kepemimpinan tidak hanya dari pencapainnya, melainkan juga dapat ditemukan melalui pengikut - pengikutnya”

Pemimpin. Kata pertama yang terfikirkan ketika mendengar kata pemimpin adalah “panutan”. Iya panutan, ketika seseorang menjadi sosok pemimpin diantara sebuah kaum, secara tidak langsung dia akan menjadi panutan bagi kaum yang di pimpinnya. Semua mata akan tertuju pada nya, semua gerak – gerik nya akan diperhatikan, semua kalimat yang terlontar dari mulutnya akan mendapatkan atensi. Ketika anda menjadi seorang pemimpin, anda tinggal memilih. Ingin menjadi sosok panutan yang baik atau yang buruk?

Pemimpin. Seorang pemimpin juga harus bisa memberikan pengaruh kepada orang lain. Kepada orang yang dipimpinnya. Mengapa tidak? Menjadi seorang pemimpin anda akan dituntut untuk memikirkan sebuah gagasan untuk kebaikan bersama. Tinggal masalahnya adalah bagaimana gagasan anda tersebut dapat diterima oleh orang – orang yang anda pimpin. Kadang gejolak penolakan gagasan sering muncul terlebih – lebih dalam sebuah organisasi. Pengalaman saya ketika memimpin sebuah organisasi, pertama – tama yang saya fikirkan adalah “bagaimana membawa organisasi yang saya pimpin ke arah yang lebih baik?” Lalu muncul gagasan gagasan untuk mewujudkan goal tersebut. Tak jarang gagasan yang saya tawarkan di tentang. Tak jarang gagasan yang saya tawarkan di caci. Tak jarang pula gagasan yang saya tawarkan akhirnya tidak terlaksana. Mungkin pengaruh yang saya berikan kepada anggota saya belum optimal sehingga muncul sebuah penolakan akan pengaruh yang coba saya berikan terhadap organisasi tersebut. Dari sini saya belajar bahwa menjadi seorang pemimpin juga harus bisa membawa pengaruh yang positive agar apa yang ada difikiran kita , apa yang menjadi gagasan kita dapat diterima oleh orang – orang yang kita pimpin.

Namun, pengalaman tentang penolakan gagasan itu tidak semata – mata membuat saya menjadi orang yang terobsesi untuk menjadi “brainwasher”. Justru dari sini saya belajar bahwa menjadi seorang pemimpin tidak hanya melakukan sesuatu hal dengan rigid dan mengedepankan pemikiran kita, apa yang ada difikiran kita harus terpenuhi. Tidak. Memimpin adalah sebuah SENI. Seni yang akan berbeda satu dengan yang lain. Akan berbeda penerapannya tergantung dengan kondisi orang – orang yang kita pimpin.

Pengalaman saya dalam berorganisasi atau pun memimpin sebuah komunitas, saya membagi diri memposisikan diri sebagai pemimpin dalam 3 fungsi. Yaitu Fungsi Komando, Fungsi Koordinasi dan yang terakhir yang mungkin tidak ada dalam literatur manapun yang saya wujudkan melalui refleksi pengalaman adalah fungsi Kekeluargaan.

1.Fungsi Komando
Fungsi komando adalah fungsi dimana seorang pemimpin harus bisa memposisikan dirinya sebagai “decision maker” dalam organisasi. Sangat sering masalah – masalah yang ada dalam organisasi mengharuskan kita untuk mengambil sikap dan menjalankan fungsi komando. Mau tidak mau sebagai seorang pemimpin anda harus memahami benar tentang fungsi komando. Ada kala nya bahkan, tanpa ada yang mengingatkan, ketika situasi sudah mulai terbaca ada yang tidak benar untuk kelangsungan organisasi, jalankan intuisi anda sebagai seorang pemimpin dan lakukan intervensi dengan menggunakan asas fungsi komando.

2.Fungsi Koordinasi
Fungsi Koordinasi adalah fungsi dimana seorang pemimpin harus dapat memposisikan dirinya untuk mendengarkan apa yang menjadi gagasan para anggota nya. Di sini para anggota akan naik ke atas (pemimpin) untuk melakukan negosiasi akan apa yang ada di fikirannya. Para anggota akann menawarkan banyak hal. Dan disini kita harus bisa memposisikan diri kita sebagai seorang pemimpin yang bisa mengkombinasikan gagasan kita dan para anggota dengan koordinasi yang jelas

3.Fungsi Kekeluargaan
Fungsi Kekeluargaan adalah Fungsi yang saya bentuk sendiri saat saya sedang memimpin sebuah organisasi dimanapun level nya. Mengapa? Logika yang saya pakai cukup sederhana. Ketika kita sudah menganggap team kita, anggota kita selayaknya keluarga sendiri. Akan ada keterbukaan, akan ada rasa saling memahami, akan ada rasa saling memiliki. Yang di sini bisa saya manfaatkan sebagai seorang pemimpin untuk mengambil keputusan atau memberikan instruksi. Ada kalanya pengalaman saya ketika menjadi seorang pemimpin, kadang saya bisa mengetahui apa yang ada di fikiran anggota – anggota saya, apa yang dirasakan bahkan ketika mereka sedang dalam kondisi yang tidak sempurna sedang butuh motivasi, disitulah saya coba memposisikan. Dengan itu kinerja team akan selalu terjaga dengan stabil

Ketiga Fungsi tadi adalah ketiga fungsi yang selama ini saya terapkan dalam organisasi saya. Mungkin tidak sempurna dalam pelaksanaannya, namun kesempurnaan bukanlah tujuan utamanya. Melainkan mengoptimalkan apa yang ada hingga yang terbaik bisa terwujud dari yang ada.

“Pemimpin bukanlah diktator. Otoritas tidak didapatkan dari sikap yang otoriter. Kehormatan bukanlah pemberian melainkan pencapaian. Pemimpin sejati bukanlah yang ditakuti melainkan dihormati. Jangan bangga ketika anda ditakuti oleh anggota anda”

Tuesday, April 8, 2014

BERGERAK UNTUK PERUBAHAN, INDONESIA YANG LEBIH BAIK


            Indonesia. Sebuah Negara dengan letak geografis yang sangat strategis. Strategis untuk dapat mengembangkan diri menjadi sebuah negara yang maju di berbagai bidang. Maritim, Agriculture, Budaya dan sebagai nya. Bagaimana tidak , Indonesia terletak tepat di garis khayal katulistiwa dan di antara negara – negara yang membuat indonesia menjadi salah satu tempat lalu lalang perdagangan dunia.
            Indonesia. Sebuah negara dengan komposisi yang heterogen. Berbeda satu dengan yang lainnya. Terdiri dari ratusan pulau yang tersebar dari sabang sampai merauke. Hal ini membuat kita, bangsa Indonesia kaya akan suku, agama, budaya, bahkan bahasa. Suku Jawa yang terkenal dengan kelembutaannya. Suku bugis yang terkenal dengan kemampuan di laut nya, suku dayak yang terkenal adat kehidupannya di pulau kalimantan nya.
            Keadaan ini harusnya dapat menjadi kekuatan untuk Indonesia menjadi sebuah negara yang maju dan kuat secara internal dan eksis di eksternal (di dunia internasional). Idealnya Indonesia dapat membuat sebuah strategi yang mensinergiskan antara SDA dan SDM nya. SDA dan SDM merupakan sebuah pasangan yang tidak dapat dipisahkan. Ibaratkata sebuah mata uang yang akan selalu berpasangan untuk membuat uang itu menjadi berharga. SDA yang ada di Indonesia sudah tidak diragukan lagi begitu melimpah. Tanah Papua yang melimpah emas nya, Tanah Sumatera dengan produksin kelapa sawitnya yang melimpah pulau jawa dengan tanahnya yang subur, dan masih banyak tempat yang menunggu tuannya untuk dimanfaatkan hasilnya. Secara Logika, dari paparan yang penulis paparkan Indonesia idealnya merupakan negara yang kaya. Namun pertanyaannya sekarang adalah, “apakah kita selama ini sudah memaksimalkan itu semua?”
            Dari segi kesehatan, tanpa mengesampingkan bidang yang lainnya. karena penulis berada di bidang kesehatan, Indonesia idealnya memiliki keadaan Indonesia yang sehat dengan angka harapan hidup yang tinggi. Juga dengan pravelensi NCD (Non communicable disease) yang rendah. “Kenapa NCD?” NCD adalah gangguan kesehatan atau yang orang awan biasa katakan “penyakit” yang bukan disebabkan oleh infeksi dan tidak disebarkan diantara manusia. Namun, bisa menyebabkan kematian mendadak. Contohnya seperti Diabetes Militus, Asma, Stroke dll. NCD ini bisa dicgah dengan pola hidup yang sehat seperti menghindari faktor resiko NCD dan langkah preventif yang dilakukan. Jika pravelensi NCD rendah itulah yang termasuk jadi salah satu indikator Indonesia sehat dengan faham hidup yang sehat. Namun kenyataannya nilai pravelensi NCD di Indonesia masihlah tinggi. WHO melaporkan bahwa NCDs diperkirakan sebagai penyebab dari 64% kematian di Indonesia pada tahun 2009. Penyakit jantung adalah penyebab utama (30%), diikuti oleh kanker (13%), penyakit pernapasan (7%), diabetes (3%), dan NCDs lainnya (10%). Ini menunjukkan paradigma yang ada di masyarakat selama ini masihlah kurang baik dengan pola hidup yang tidak sehat.
            Dari paparan yang sudah penulis sampaikan di atas mengenai Indonesia sehat, kali ini penulis akan lebih mengerucut tentang masalah kesehatan yang ada di Indonesia. Ketika kita sudah berbicara mengenai salah satu masalah fundamental yang ada di Indonesia yaitu NCD, solusi yang fundamental juga harus kita pikirkan. Layaknya memberikan penatalaksanaan terhadap sebuah diagnosis penyakit, kita tidak bisa memberikan penangananyang bersifat symptomatis. Melainkan harus causatif. Dalam konteks perbaikan, yang bisa pemimpin negeri ini lakukan untuk menuju Indonesia yang lebih baik adalah dengan membuat rencana jangka panjang untuk menurunkan angka NCD di Indonesia.
            Kita cari tau terlebih dahulu apa saja penyebab NCD, bagaimana etiologi nya dan apa saja faktor resiko juga faktor predisposisi yang ada. NCD kebanyakan disebabkan oleh pola hidup yang kurang sehat. Kita ambil contoh yang paling bisa kita beri intervensi adalah masalah olahraga. Saat ini tingkat kepedulian masyarakat terhadap olahraga masihlah sangat rendah. Hal ini sebenarnya bisa pemerintah intervensi dengan memberikan sarana yang memadahi untuk melakukan olahraga. Dengan membangun sebuah spot yang memang khusus untuk tempat berolahraga di iringi dengan sosialisasi dan penyuluhan yang baik. Waktu akan menjawab hasilnya. Lalu contoh lagi tentang pemahaman masyarakat mengenai sanitasi yang baik. Salah satu faktor tinggginya NCD adalah higienitas seseorang terhadap diri nya sendiri maupun  orang lain. Kadang masyarakat di pedesaan masih minim pengetahuan dan fasilitas Mandi Cuci Kakus. Bahkan ada yang melakukan itu semua masih di sungai sungai yang ada. Idealnya yang bisa pemimpin negeri ini laukan adalah dengan memberikan intervensi sarana untuk MCK yang baik diiringi dengan penyuluhan dan enjelasan pula tentang MCK yang baik.
            Di sini penulis merupakan seorang aktivis di sebuah organisasi kemahasiswaan kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Pogram Study Pendidikan Dokter. Yang bernama HMPD Semaku. Penulis bersama – sama dengan team nya memiliki sebuah pemikiran dan gagasan yang berusaha penulis realisasikan. Yaitu HMPD Semaku memiliki sebuah desa binaan. Tepatnya di Desa Surobayan, Argodadi. Pada desa tersebut kami mencoba memberikan intervensi pada sanitasi nya. Kami mendirikan 4 titik MCK di desa tersebut. Pendirian MCK ini tak semata – mata hanya penulis berikan. Melainkan ada alur perumusannya yaitu dengan diskusi dengan pengurus desa. Sebuah kesepakatan disepakati bahwa yang membangun MCK tersebut adalah para warga sendiri. Dan selama proses pembangunan MCK itu ada sebuah penyuluhan yang diberikan leh dokter yang berkompeten. Dengan pemberian intervensi MCK ini kepada pihak desa, harapannya pola pikir dan pemahaman tentang sanitasi yang baik dapat terwujud.
            Hal di atas tadi adalah salah satu contoh tindakan nyata yang dilakukan penulis untuk membuat sebuah perubahan. Tindakan ini apabila dilakukan secara massive mungkin akan memberikan efek yang massive pula kepada Indonesia. Indonesia sebenarnya adalah negara yang kaya, negara yang kuat, negara yang besar. Namun itu hanya menjadi sebuah kicauan mimpi belaka tanpa ada usaha yang nyata dari para penghuninya. Jangan takut untuk membuat sebuah perubahan untuk Indoesia