Pondasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai makna dasar.
Eksistensi berasal dari
kata dasar eksis yang juga dalam Kamus Bahasa Besar Bahasa Indonesia
mempunyai makna hal berada; keberadaan
Kedua hal ini (pondasi dan eksistensi)
sering membuat kita bingung mana yang kita dahulukan. Utamanya dalam
penerapannya membangun sebuah organisasi ataupun perkumpulan. Kadang kita
mementingkan ponndasi dengan alasan, pondasi ibarat sebuah akar yang akan
menopang organisasi tersebut. Memang tidak salah. Pondasi ibarat kata adalah
tiang tiang yang akan menopang sebuah rumah agar tidak roboh. Tanpa tiang –
tiang tersebut sebuah rumah pasti akan roboh entah itu dalam waktu yang singat,
atau secara perlahan – lahan tapi pasti. Perwujudan dari sebuah pondasi di
organisasi adalah ketika kita membangun sebuah persamaan persepsi di antara
semua elemen organisasi. Tujuannya adalah untuk menyelaraskan pergerakan.
Dengan demikian, walaupun berbeda secara teknis, masing – masing elemen
organisasi tersebut akan bergerak dengan harmonis dan tidak akan terjadi sebuah
masalah nantinya ketika terjadi perbedaan. Bahkan apabila pondasi yang telah di
bangun di sebuah organisasi sudah kuat, bukan tidak mungkin lagi akan tidak
ditemui adanya perbedaan.
Bagaimana bentuk nyata sebuah pondasi? Salah satu contoh perwujudan
nyata dari membangun sebuah pondasi adalah dengan menyusun kelengkapan
organisasi yang mendasar. Seperti Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
Garis Besar Haluan Organisasi dan juga Standart Operating Procedure dari masing
– masing pergerakan. Dengan tersusunnya kelengkapan dasar tersebut diiringi
dengan persamaan persepsi dalam menyikapi kelengkapan tersebut, pondasi yang
nyata telah terbentuk. Pergerakan yang dilakukan akan harmonis dan selaras
Membentuk sebuah pondasi yang
kuat juga dapat dilakukan dengan menciptakan rasa nyaman antar elemen
organisasi. Utamanya antara pemimpin dan anggotanya. Perwujudan nyata yang
dapat dilakukan untuk membentuk kenyamanan tersebut adalah dengan memasukkan
agenda rutin sebuah project team building yang dapat dikemas dengan packaging
yang menariki. Seperti outbond, bermain ke pantai ataupun menghabiskan
waktu bersama tanpa membicarakan urusan pekerjaan atau organisasi sekalipun.
Dengan terwujudnya rasa nyaman antar anggota dan pemimpin, pergerakan yang
dilakukan akan selaras pula. Instruksi yang diberikan pemimpin akan
dilaksanakan dengan baik. Masukan yang diberikan oleh anggota kepada pemimpin
juga akan diterima dengan baik untuk dikaji.
Namun biasanya organisasi yang
berpedoman seperti ini akan jarang di lihat bahkan jarang diperdulihkan. Atau
yang lebih parah malah justru di remehkan. Karena orang – orang yang meremehkan
tersebut tidak mengetahui dimana letak kekuatan dari organisasi yang berpondasi
kuat itu. Kunci nya adalah sebuah eksistensi yang perlu di wujudkan.
Kekuatan juga membutuhkan pengakuan. Lalu, bagaimana dengan
eksistensi? Bukan kah eksistensi lebih penting dari pondasi. Tak jarang pula
yang berpendapat seperti demikian. Mereka beranggapan bahwa pengakuan dari
pihak luar lebih penting. Mengapa? Karena dengan pengakuan yang luar dari
eksternal, akan melambungkan nama sebuah organisasi dan secara otomatis akan
menimbulkan “kesan” kuat dari organisasi tersebut. Dengan eksistensi yang
tinggi juga dapat memberikan berbagai keuntungan. Layakya mempermudah dalam hl
finansial. Tidak menjadi sebuah rahasia umum lagi apabila organisasi –
organisasi besar tidak pernah kesulitan dalam mencari sponsor. Bahkan tidak
jarang pula justru pihak sponsor yang mencari organisasi tersebut.
-To be continued-
No comments:
Post a Comment