Monday, November 3, 2014

Pondasi atau Eksistensi


Pondasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia mempunyai makna dasar. Eksistensi berasal dari kata dasar eksis yang juga dalam Kamus Bahasa Besar Bahasa Indonesia mempunyai makna  hal berada; keberadaan
Kedua hal ini (pondasi dan eksistensi) sering membuat kita bingung mana yang kita dahulukan. Utamanya dalam penerapannya membangun sebuah organisasi ataupun perkumpulan. Kadang kita mementingkan ponndasi dengan alasan, pondasi ibarat sebuah akar yang akan menopang organisasi tersebut. Memang tidak salah. Pondasi ibarat kata adalah tiang tiang yang akan menopang sebuah rumah agar tidak roboh. Tanpa tiang – tiang tersebut sebuah rumah pasti akan roboh entah itu dalam waktu yang singat, atau secara perlahan – lahan tapi pasti. Perwujudan dari sebuah pondasi di organisasi adalah ketika kita membangun sebuah persamaan persepsi di antara semua elemen organisasi. Tujuannya adalah untuk menyelaraskan pergerakan. Dengan demikian, walaupun berbeda secara teknis, masing – masing elemen organisasi tersebut akan bergerak dengan harmonis dan tidak akan terjadi sebuah masalah nantinya ketika terjadi perbedaan. Bahkan apabila pondasi yang telah di bangun di sebuah organisasi sudah kuat, bukan tidak mungkin lagi akan tidak ditemui adanya perbedaan.
Bagaimana bentuk nyata sebuah pondasi? Salah satu contoh perwujudan nyata dari membangun sebuah pondasi adalah dengan menyusun kelengkapan organisasi yang mendasar. Seperti Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Garis Besar Haluan Organisasi dan juga Standart Operating Procedure dari masing – masing pergerakan. Dengan tersusunnya kelengkapan dasar tersebut diiringi dengan persamaan persepsi dalam menyikapi kelengkapan tersebut, pondasi yang nyata telah terbentuk. Pergerakan yang dilakukan akan harmonis dan selaras
Membentuk sebuah pondasi yang kuat juga dapat dilakukan dengan menciptakan rasa nyaman antar elemen organisasi. Utamanya antara pemimpin dan anggotanya. Perwujudan nyata yang dapat dilakukan untuk membentuk kenyamanan tersebut adalah dengan memasukkan agenda rutin sebuah project team building yang dapat dikemas dengan packaging yang menariki. Seperti outbond, bermain ke pantai ataupun menghabiskan waktu bersama tanpa membicarakan urusan pekerjaan atau organisasi sekalipun. Dengan terwujudnya rasa nyaman antar anggota dan pemimpin, pergerakan yang dilakukan akan selaras pula. Instruksi yang diberikan pemimpin akan dilaksanakan dengan baik. Masukan yang diberikan oleh anggota kepada pemimpin juga akan diterima dengan baik untuk dikaji.
Namun biasanya organisasi yang berpedoman seperti ini akan jarang di lihat bahkan jarang diperdulihkan. Atau yang lebih parah malah justru di remehkan. Karena orang – orang yang meremehkan tersebut tidak mengetahui dimana letak kekuatan dari organisasi yang berpondasi kuat itu. Kunci nya adalah sebuah eksistensi yang perlu di wujudkan.
Kekuatan juga membutuhkan pengakuan. Lalu, bagaimana dengan eksistensi? Bukan kah eksistensi lebih penting dari pondasi. Tak jarang pula yang berpendapat seperti demikian. Mereka beranggapan bahwa pengakuan dari pihak luar lebih penting. Mengapa? Karena dengan pengakuan yang luar dari eksternal, akan melambungkan nama sebuah organisasi dan secara otomatis akan menimbulkan “kesan” kuat dari organisasi tersebut. Dengan eksistensi yang tinggi juga dapat memberikan berbagai keuntungan. Layakya mempermudah dalam hl finansial. Tidak menjadi sebuah rahasia umum lagi apabila organisasi – organisasi besar tidak pernah kesulitan dalam mencari sponsor. Bahkan tidak jarang pula justru pihak sponsor yang mencari organisasi tersebut.
-To be continued-

No comments:

Post a Comment