LEA DARE SHIP
Setiap hari kita mengambil keputusan sejak bangun
tidur sampai mau tidur lagi, bagi keputusan itu disaddari atau tidakdisadari
karena sudah menjadi rutinitas. Untuk sebuah rumah sakit sebagai organisasi
jasa pelayanan kesehatan pimpinan rumah sakit juga membuat keputusan yang
kompleks karena akibat dari pengambilan keputusan tersebut berakibat bagi maju
mundurnya rumah sakit sebagai organisasi.
Bagaimana seharusnya membuat keputusan jangka
pendek dan jangka panjang agar rumah sakit dapat mencapai misi dan visinya
secara efektif dan efisien?
Membuat keputusan dalam sebuah organisasi adalah
sebuah tindakan yang tidak mudah. Terkadang keputusan yang kita ambil dapat
menjadi kunci keberhasilan atau kunci kegagalan. Banyak hal yang harus
dipertimbangkan dalam mengambil sebuah keputusan, baik itu keputusan jangka
pendek maupun jangka panjang. Baik tidak nya sebuah Pengambilan keputusan
berbanding lurus dengan informasi yang digunakan sebagai dasar dari pengambilan
keputusan itu sendiri. Evaluasi formulasi dan persiapan alternative menjadi
bagian yang tak kalah penting
Bekerja secara kolaboratif
menjadi hal yang penting Konflik dapat menjadi masalah yang mendalam dalam sebuah organisasi kesehatan dan, akan terjadi kesenjangan dalam
komunikasi yang akan terus berkembang dan potensial
menjadikan kegagalan dalam praktek kerja. Sumber yang paling umum dari konflik antara lain sebagai berikut:
perilaku individualistik dalam organisasi, komunikasi yang buruk, struktur organisasi, dan konflik antar-individu atau
antar kelompok.
Konflik biasanya berkembang dari masalah laten yang
mendasari dan dapat berkembang menjadi perceived konflik (di mana masalah menjadi jelas) dan kemudian ke menjadi konflik manifest (fase
perilaku / tindakan), yang
merupakan tahap terakhir adalah conflict aftermath
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-undang RI nomor 44 tahun 2009). Rumah sakit menjadi sebuah organisasi kompleks multiprofesi dan multidisiplin. Hal ini membuat seorang pemimpin rumah sakit harus memikirkan banyak aspek dalam mengambil sebuah keputusan. Diantara aspek – aspek tersebut dapat dirumuskan menjadi beberapa dimensi. Antara lain :
Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi, dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya (Undang-undang RI nomor 44 tahun 2009). Rumah sakit menjadi sebuah organisasi kompleks multiprofesi dan multidisiplin. Hal ini membuat seorang pemimpin rumah sakit harus memikirkan banyak aspek dalam mengambil sebuah keputusan. Diantara aspek – aspek tersebut dapat dirumuskan menjadi beberapa dimensi. Antara lain :
Budaya
= Mensinergikan budaya barat dan budaya timur
Tidak
bisa dipungkiri Indonesia yang terkenal budaya timur akan lebih kental dengan unsur firasat/intuisi, emosi/perasaan, dan kepercayaan. Berbeda dengan budaya barat
yang akan kental dengan unsur kata,
nomor, rumus/angka, fakta, dan ide. Pengambilan
keputusan dalam sebuah rumah sakit harus dapat menggabungkan kedua hal tersebut
Pengamatan
Cermat
Pengamatan
cermat dapat dilakukan dengan du acara. Yaitu kualitatif dan kuantitati. Dapat
turun langsung ke lapangan untuk melihat keadaan, maupun melihat data dari
sistem
Analisis
Analisis
pembuatan sebuah keputusan harus melewati proses perenungan dan manajemen
strategi yang matang
Keputusan
Pengambilan keputusan menjadi dimensi paling penting
bagaimana cara kita menyampaikan dan menanamkan keputusan yang kita buat agar
dapat dipahami dan dilaksanaan oleh semua pihak.
Secara
garis besar proses pengambilan keputusan dapat tergambar pada ilustrasi berikut
Identifikasi
Masalah
Pengamatan
yang cermat menjadi kunci dalam tahap identifikasi masalah. Pengamatan ini
harus dilakukan oleh semua staff dan dilaporkan dengan budaya “blame less” agar
masalah masalah yang ada dapat terlihat secara jelas. Dalam konteks rumah
sakit, masalah yang sering muncul adalah tentang “patient safety”.
masalah yang berhubungan dengan
patient safety dapat dikaji dengan menggunakan risk grading matrix dengan
output berupa kejadian yang bersifat merah, kuning dan hijau. Masing-masing
warna akan memiliki penanganan yang berbeda di tahap selanjutnya dalam
pembuatan sebuah keputusan.
Pencarian
Informasi
Setelah
sebuah masalah dapat diidentifikasi, langkah selanjutnya adalah pencarian
informasi. Informasi yang dicari hanya yang berhubungan dengan kejadian. Dengan
demikian, akan lebih efektif dan efisien. Data yang diperlukan biasanya
mengenai 5W + 1H. masalah yang ada seperti Apa?
(What), masalahnya ada dimana? (Where),
sejak kapan dan sampai kapan masalah itu ada? (When), Siapa saja yang terlibat dalam masalah
tersebut?, Mengapa sampai bisa
terjadi masalah itu? (Why), dan Bagaimana
detail masalah itu terjadi (How)
Analisis
Masalah
Setelah
data yang ada cukup, langkah selanjutnya adalah analisis. Seorang pemimpin
dapat menggunakan berbagai macam metode dalam menganalisis masalah. Contoh yang
sering dilakukan dirumah sakit adalah menggunakan metode “root cause analisis”. Penggunaan metode ini dapat efektif dalam
nantinya untuk menangani masalah tersebut tepat sasaran sesuai dengan akar
masalah yang ada.
Evaluasi
alternative
Butuh beberapa pilihan solusi dalam menghadapi sebuah
masalah. Solusi solusi ini lah yang nanti akan menjadi keputusan jangka pendek
atau jangka panjang.
Beberapa
hal perlu diperhatikan dalam memilih solusi untuk membuat sebuah keputusan
- Apakah solusi tersebut sesuai dengan
inti permasalahan
- Apakah solusi tersebut dapat
menyelesaikan masalah
- Apakah solusi tersebut bias diterapkan
di lingkungan RS?
- Apa dampak positif nya?
- Adakah dampak negatifnya?
- Berapa lama solusi ini pengerjaannya?
- Berapa biaya yang dibutuhkan
- Dan lain lain.
Pengambilan
Keputusan
Setelah
melalui ke empat tahap sebelumnya, yaitu identifikasi masalah, pencarian
informasi, analisis masalah, dan evaluasi alternative, inti dari proses
pengambilan keputusan adalah pada tahap iniYang terpenting dalam pengambilan
keputusan adalah memperjelas tentang keputusan yang kita buat antara lain
- Bagaimana cara kita menyampaikan,
apakah lewat surat tertulis, SK, atau secara verbal
- Apakah keputusan ini bersifat permanen
atau sementara
- Apakah keputusan ini jangka pendek atau
jangka panjang
- Siapa saja yang harus mentaati
keputusan ini?
- Adakah reward?
- Adakah punishment?
- Bagaimana mengevaluasi dan memonitor?
Keputusan yang kita ambil pasti akan membuat sebuah
perubahan. Perubahan yang ada juga harus kita fikirkan sejak pengambilan
keputusan dilakukan. Perlu dilakukan sebuah manajemen perubahan yang baik dari
seorang pemimpin. Monitoring evaluasi juga harus direncanakan dengan indicator
yang jelas dan tertulis
Berbagai teori dan pandangan dalam
pengambilan keputusan telah ada di berbagai literature diantaranya naturalistic
decision-making dan multiple perspectives approach.
Naturalistic decision-making berada
pada pendekatan dengan cara investigating
dan understanding dalam
pengambilan keputusan. Terdapat sebuah penelitian mengenai naturalistic
decision-making yang dilakukan oleh Kleins pada tahun 1998 yang diberi nama Recognition
Primed Decisiion (RPD) model. Klein menganalisis lebih dari 600
keputusan dari orang-orang yang berkaitan dengan situasi hidup mati pada
beberapa profesi seperti pemadam kebakaran, dokter, perawat, tentara, dll. RPD
model menyatakan bahwa pengalaman akan meningkatkan kemampuan seseorang untuk
dapat mengambil sebuah keputusan di sebuah situasi yang sulit.
Multiple perspectives approach model
dalam pengambilan sebuah keputusan melihat seluruh kemungkinan dari seluruh
sudut pandang yang ada dari sebuah masalah. Multiple perspectives approach model
membuat klasifikasi sudut pandang menjadi technical,
organizational dan individual.
Sudut pandang dalam mengambil sebuah
keputusan menjadi semakin berkembang dan memunculkan teori teori baru selain naturalistic decision making dan multiple perspective approach. Diantaranya
adalah
a. Rational model
Pengambilan keputusan menggunakan Rational model memiliki
tahap tahap antara lain
·
Intelligence
: pemimpin rumah sakit harus mampu
mencari kesempatan yang tepat untuk membuat sebuah keputusan
·
Design
: investasi, mengembangkan dan
menganalisis berbagai kemungkinan keputusan
·
Choice
: memilih keputusan yang telah di
rancang di tahap sebelumnya
·
Review
: menilai keputusan yang telah di
ambil.
Rational model memiliki beberapa
persyaratan ketika ingin menggunakannya, pemimpin atau direktur rumah sakit
menjadi subjek utamanya dengan asumsi
·
Pemimpin
mengetahui secara detail seluruh kemungkinan yang ada
·
Pemimpin
mengetahui konsekuensi dari implementasi masing-masing alternative
·
Pemimpin
menyiapkan secara terstruktur berbagai macam cara untuk menanggulangi konsekuen
yang ada dari pengambilan keputusan
·
Memiliki
kemampuan untuk dapat membandingkan konsekuensi mana yang akan lebih bisa
ditangani
b. Bounded Rationality Model
Bounded rationality model adalah modifikasi
dari model rasional dimana terdapat beberapa kelemahan, diantaranya adalah
seorang pemimpin tidak selalu memiliki informasi yang cukup sebagai dasar dalam
membuat sebuah keputusan. Pemimpin juga tidak selalu memiliki pilihan yang
dapat dipilih. Bounded rationality model menggunakan metode searching and satisficing. Alternatif – alternative pilihan yang telah ada di
evaluasi secara berurutan. Jika sebuah
alternatif telah memenuhi kriteria minimal dan dinyatakan “satisfice”,
pencarian alternative lain dihentikan
c. Organisational procedures view
Organisational procedures view melihat
sebuah keputusan sebagai sebuah output dari sebuah aturan. Pengambilan
keputusan dianggap sebagai sebuah proses sistematis dengan tujuan
mempertahankan status quo (Turpin and
Marais, 2004)